Opini: Infiltrasi Gerakan Radikalisme Ekstrimisme dalam Demokrasi Politik Islam Populis


Infiltrasi Gerakan Radikalisme Ekstrimisme dalam Demokrasi Politik Islam Populis

Oleh: Rika Wulandari Nasution
Kader HmI Cabang Kisaran - Asahan


Sebelum membahas tentang persoalan judul diatas, izinkan penulis untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Rika Wd Nasution, saya lahir di Kota Kisaran Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara Pada tanggal 18 Agustus 1999. Saya merupakan seorang kader HmI-Wati Komisariat Justicia UNA Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Kisaran-Asahan, saat ini saya sedang mengikuti ADVANCE TRAINING (LK-III) di BADKO HMI JABODETABEKA-BANTEN.

Advance Training sudah berjalan selama 2 hari, dan hari ini forum LK-III kedatangan pemateri yang bernama Bang Dedy Ibmar, beliau merupakan Master Of Philosophy (M.Phil). Beliau membawakan materi dengan tema diatas, saya diberi tugas oleh Master Of Training (MOT) untuk membuat Opini dari setiap materi.

Membahas tentang radikalisme ekstrimisme, seperti yang dikatakan pemateri bahwa isme (paham) dalam menyikapi perbedaan dengan menggunakan perilaku kekerasan. Sedangkan Ekstremisme tidak dianggap berbahaya selama tidak mengarah kepada “violent extremism” (ekstrimisme kekerasan).

Artinya, selama “ekstremisme” itu masih berada pada batas-batas ekspresi opini atau sikap yang tidak mengancam dan merusak.

Sedangkan menurut opini saya, melihat kacamata sejarah mengajarkan bahwa radikalisme dan ekstremisme dalam politik islam akan selalu membawa kepada sikap dan perilaku yang secara sosial tidak menguntungkan.

Minimal akan melahirkan sikap ekslusivisme yang sempit, tidak bersahabat, merasa benar, bahkan arogan dan menebarkan permusuhan. Ini sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip moderasi beragama: komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan penerimaan terhadap adat istiadat.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama